Redaksi9.com - Bali merupakan salah satu pulau yang menjadi destinasi wisata di dunia karena keberagaman budaya yang masih kental. Salah satunya yaitu memiliki seni ukir yang terkenal. Seniman Ukir tiga dimensi asal Gianyar I Kadek Nuryawan mengatakan ia sudah menekuni seni ukir dari Sekolah Dasar dari Ayahnya.
“Saya sudah menekuni seni ukir ini dari kelas 3 SD yang diajari oleh ayah saya karena ayah saya seorang seniman ukir juga, selain itu saya belajar bersama teman-teman saat itu,” ucap Kadek.
Kadek mengatakan ukiran ini terbuat dari berbagai jenis kayu.
“Tentunya ukiran ini terbuat dari kayu, jenis kayunya juga berbeda. Ada jenis kayu tewel , kayu pohon nangka yang sudah layak pakai,dan kayu cempaka yang sudah berumur dan kering.
Menurutnya, kegunaan jenis kayu tersebut berbeda-beda.
“Biasanya kalau tewel digunakan untuk ukir bentuk gong sedangkan kayu cempaka dibuat untuk sanggah,” ucap Kadek.
Kadek mengatakan beberapa alat yang digunakan untuk mengukir kayu yaitu paad untuk membentuk kayu yang akan diukir dan pengetokan untuk memukul paad tersebut.
“Ada beberapa step yang dikerjakan oleh beberapa orang yang pertama pembentukan pelawah (bentuk mentah ukir), setelah selesai baru disalurkn ke tukang ukir, pertama proses nyeket menggunakan spidol atau pensil setelah itu proses macal bentuk kasar dengan memerlukan tenaga yang kuat. Setelah itu muncul gambar sket di macal itu kemudian terakhir porses finishing atau proses ngalusang,” jelas Kadek.
Kadek mengatakan, waktu pembuatan tergantung apa yang dikerjakan .
“Waktu untuk proses pembuatan ya tergantung apa yang dikerjakan. Biasanya satu set gamelan, satu barung gamelan secara umum bisa dikerjakan hampir 6 bulan itupun mengajak teman-teman pekerja lainnya. Tapi kalo disatukan perjenis misalnya dalam gong ada namanya gangsa, kempli, priong dan lainnya memerlukan waktu lebih singkat. Misalnya kempli bisa satu minggu selain itu gangsa satu set kurang lebih 8-10 hari,” ucapnya.
Ia mengungkapkan harga ukiran tergantung jenis ukirannya yang dibuat. Contohnya angklung yang sering dibuat harganya berkisar 14 juta-16 juta. Selain itu ada gangsa dari proses macal sampai ngalusang satu set diupah 500ribu.
Kadek mengatakan motif-motif yang digunakan dalam pembuatan ukiran tiga dimensi ada patra punggel,patra mesir, karang guak, karang boma, dan motif bali lainnya seperti di paras , kayu dll.
Menurutnya, kesulitan utama dalam pembuatan ukiran ini yaitu suasana hati (mood).
“Sebenarnya kesulitan utama itu ada di mood karena kita kerja di rumah dan kitab bisa mengatur waktu sendiri nah kalau lagi ga mood ga bisa kerja . Kesulitan lain yaitu ada jenis kayu, misal kayu yang mulus kita kerjanya cepat kalau kayunya tidak mulus ada permukaan yang kasar itu membutuhkan waktu yang extra,” ucap Kadek.
Kadek menjelaskan tujuan masih melakukan seni ukir ini adalah untuk melestarikan budaya bali selain itu karena persaingan seni ukir semakin menipis.
“Walaupun saya memiliki profesi di luar seni ukir tapi saya tetap melanjutkan seni ukir ini. Karena kalau di jaman sekarang ukir ini tidak bisa dijadikan sumber penghasilan yang utama. Apalagi jaman sekarang persaingan ukir semakin menipis dan sekarang banyak ada yang mesen . selain itu ini juga sebagai pelestarian budaya bali karena motif yang digunakan motif budaya bali,” jelas Kadek.
Ia berharap agar kedepannya ada generasi penerus dalam seni ukir.
“Harapan kedepannya untuk bisa mengajak generasi muda khususnya anak-anak agar bisa belajar seni ukir ini karena seni ukir perlu memerlukan skill dan untuk mendapat skill perlu belajar bertahun-tahun , dan jika ada yang tau kalau kita ini seniman ukir kita pasti dihargai,” harap Kadek. (luh)