Redaksi9.com - Sejak diterbitkan Instruksi Gubernur Nomor 8324 Tahun 2021 tentang Pengelolan Sampah Berbasis Sumber di Desa/Kelurahan dan Desa Adat tindak lanjut dari Peraturan Gubernur Nomor 47 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber, kini kian banyak bermuncullan TPS3R di Bali, salah satunya yaitu TPS3R di Desa Wisata Taro, Gianyar.
Menurut Direktur Bumdes Sarwaada Amerta Taro, Wayan Kerta, TPS3R Desa Wisata Taro merupakan tempat pengolahan sampah berbasis sumber yang terpilih menjadi TPS3R percontohan Provinsi Bali pada Tahun 2020.
Mendag pantau harga di Pasar Kreneng, https://youtu.be/e-7XAM0kCw0
Wayan Kerta mengatakan, pengelolaan sampah berbasis sumber di Desa taro sudah terpisah dari limbah rumah tangga.
"Sampah disini sudah dibagi menjadi tiga jenis yaitu non organik, kedua sampah organik dan ketiga menjadi residu," ucapnya.
Ia menjelaskan, sampah organik akan diolah menjadi pupuk kompos , kemudian sampah non organik akan dipilah kembali yang bernilai ekonomi, sedangkan residu sementara masih dibawa ke TPA.
Kunjungan Menko Airlangga ke Kura-kura Bali https://youtu.be/_i9mW_rO6fQ
“Sampah organik yang sudah menjadi kompos akan dijual ke para petani di Desa Wisata Taro, mungkin bisa dibutuhkan di seluruh Bali. Kemudian sampah non organik dibagi menjadi tiga jenis yaitu plastik,kaca dan botol, ini kita jual kepada perusahaan yang kami ajak kerja sama dan semua pendapatan ini akan masuk ke Bumdes,” ungkap Kerta.
Ia menambahkan, proses pengolahan sampah hingga menjadi kompos ini memerlukan waktu sekitar 3 bulan yang setiap satu karung kompos dihargai Rp.15.000.
“Awalnya yaitu pemilahan sampah dari masyarakat yang sudah masuk ke TPS3R, organik maupun anorganik, kemudian akan dicacah di mesin pencacah setelah itu ada penggulingan gundukan yang dibantu dengan blower. Setiap satu minggu gundukan sampah akan dibalik, setelah satu setelah bulan akan diayak hingga menjadi kompos,” katanya.
Kerta berharap semua desa bisa membuat TPS3R untuk bisa memproduksi sampahnya sendiri hingga bisa menjadi kompos. “Kami berharap program ini berkelanjutan dan bisa bernilai ekonomi yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat nantinya,” imbuhnya.
Pentas tari sakral Rejang Pala, https://youtu.be/8bbf7LeMweQ
Sementara itu, Koordinator TPS3R Desa Wisata Taro, Wayan Sukadana menambahkan, sampah non organik akan dibuat sebuah kerajinan yaitu souvenir.
“Pembuatan souvenir ini memerlukan biaya yang cukup besar karena alat yang dibutuhkan untuk pengolahan lumayan mahal jadi ini belum efisien, tapi jika ada sponsor nantinya bisa dikelola dan dijual sebagai souvenir,” ucapnya sembari menunjukkan sampling souvenir yang telah diolah. (luh)