Redaksi9.com - Gubernur Bali, Wayan Koster meminta pelaku usaha pariwisata di Bali berkomitmen setiap hari Kamis, Purnama dan Tilem, serta Hari Jadi Pemerintah Provinsi Bali menggunakan Busana Adat Bali sesuai pelaksanaan Peraturan Gubernur Bali Nomor 79 Tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali yang sejalan dengan semangat Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali, hingga Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2020 tentang Standar Penyelenggaraan Kepariwisataan Budaya Bali.
Permintaan tersebut dengan tegas disampaikan oleh orang nomor satu di Pemprov Bali ini, setelah menegur salah satu manajer hotel di ITDC, Nusa Dua, Badung saat membuka acara Deklarasi Bersama Mewujudkan Peradaban Baru Penyiaran Melalui Informasi Berkualitas pada, Kamis (Wraspati Pon, Wariga) 12 Mei 2022 di The Westin Resort, Nusa Dua, Badung.
Mengenai pariwisata Bali, mantan Anggota DPR-RI 3 Periode dari Fraksi PDI Perjuangan ini menyebut bahwa Pulau Bali tidak didesain secara khusus dengan suatu perencanaan, tapi berkembang secara alamiah. Sehingga karena budaya-nya, menjadikan Bali berkembang pariwisata-nya. Namun terlalu lama pariwisata di Bali tidak diarahkan dengan satu kebijakan yang tepat, sehingga perkembangannya menjadi kurang baik, compang – camping, dan disana - sini ada yang kurang, tetapi karena budaya Bali ini menarik bagi masyarakat luar, membuat Bali tetap menjadi perhatian dan pilihan nomor satu masyarakat dunia untuk berkunjung.
Atas hal itu, Gubernur Bali jebolan ITB ini membayangkan Pariwisata Bali yang dikelola secara tidak baik saja, dulu orang masih rajin berkunjung ke Bali, apalagi dikelola dengan baik. “Itulah sebabnya, Saya sekarang ini betul - betul menata pariwisata Bali secara fundamental dan komprehensif berbasis pada budaya, serta berorientasi pada kualitas dan bermartabat. Ini yang ingin Kami tekankan betul," tegas Wayan Koster.
Ia meneaskan, tidak ingin pariwisata ini mengorbankan budaya, justru pariwisata harus membangun budaya. Karena Bali tanpa budaya tidak akan mungkin bisa menjadi daerah wisata. “Selama ini yang memelihara pariwisata adalah budaya, seharusnya pariwisata yang memelihara budaya, karena pariwisata yang bekepentingan dengan budaya," ujarnya.
Untuk Penggunaan Busana Adat Bali, setiap hari Kamis, Purnama, Tilem dan Hari Jadi Pemerintah Daerah Provinsi Bali semua pelaku di Bali mulai dari pegawai negeri maupun swasta, hotel juga harus berbusana Adat Bali. “Maka tadi Saya melihat manajer hotel tidak berbusana Adat Bali, Saya langsung tegur. Jadi Saya tidak mau melihat perilaku - perilaku yang tidak tertib dan disiplin di Bali, tapi semua harus hormat dengan budaya Bali. “Kita butuh tata kehidupan yang tertib, disiplin dan betul - betul menghormati budaya, karena Kita bangsa yang berbudaya, jadi budaya Kita harus dihormati,” jelas Gubernur Bali asal Desa Sembiran, Buleleng ini.
Mengakhiri arahannya terkait pariwisata Bali, Gubernur Bali, Wayan Koster menegaskan berwisata boleh, tapi harus menghormati budaya, jangan dia (pelaku pariwisata, red) cuma mencari untung di Bali dengan tidak memelihara budaya, i’m sorry. Saya tidak akan membiarkan itu. “Jadi kalau mau berusaha di Bali, bangunlah budaya Bali ini secara bersama - sama, supaya bisa tumbuh bersama, kuat bersama, serta mendapat manfaat secara bersama - sama. Saya kira itu yang harus ditumbuhkan di Bali,” pungkas Gubernur Bali.
Sementara Ketua Komisi I DPR - RI, Meautya Hafid saat mendengarkan pidato Gubernur Bali, Wayan Koster dalam pandangannya mengungkapkan bahwa sebelum menjadi Gubernur Bali, Bapak Wayan Koster sejak Tahun 2004 beliau sudah memperjuangkan kebudayaan ketika itu saat menjadi Anggota Komisi IX DPR – RI. “Saya senang sekali Bapak Gubernur, kebetulan mengikuti perkembangan di Bali, mulai Kami datang, hotelnya dibuka khusus dan sampai sekarang dari Canggu menuju Tabanan macetnya luar biasa. Jadi Kita berikan applause kepada Bapak Gubernur yang sudah membawa Bali, mudah - mudahan lebih baik lagi pasca pandemi Covid-19," kata Meautya Hafid ini. (hms)