Gajah Mina, Kolaborasi Penyair Sahadewa dengan Pelukis Made Gunawan dalam Satu Buku

Peluncuran buku puisi Gajah Mina

Redaksi9.com - Seniman dr. Dewa Putu Sahadewa berkolaborasi dengan Made Gunawan, mengelar peluncuran Buku Puisi, Lukisan, dan Sketsa “Gajah Mina” di Komaneka Keramas Beach Jalan By Pass Ida Bagus Mantra, Gianyar,  Selasa (23/2). 


Acara  juga  diisi dengan pameran lukisan dan sketsa Made Gunawan yang berlangsung dari tanggal 23 Februari sampai dengan 16 Maret 2021. 
Penampilan kolaborasi seniman multitalenta Ny. Putri Suastini Koster yang membacakan puisi berjudul  “Pohon Kehidupan”,   diiringi petikan gitar artis “Magic Fingers” Balawan, menjadi magnit sore itu, bagi undangan para seniman yang hadir, seperti, Hartanto, Putu Satriya Koesuma, Gede Artawan, Wayan Jengki Sunarta, Umbu Landu Paranggi, Ketut Syahruwardi Abbas, April, dll.


Hartanto Penerbit Bali Mangsi  dalam kata pengantarnya menyampaikan, ini pertamakalinya, kolaborasi perupa dan penyair. Ia mengenal Sahadewa sejak SMA dan memang sudah terlihat memiliki kekuatan seni sejak SMA, begitu juga made Gunawan.  Ia berharap, buku Gajah Mina ini dapat ikut berkontribusi memperkaya budaya literasi di Indonesia. 


Seperti yang harapan dari Ny. Putri Koster yang menginginkan adanya book fair di Bali, ia berharap, kehadiran buku Gajah Mina juga dapat menjadi penyemangat para seniman untuk terus berkarya dan kreatif. 


Sementara, Ny. Putri Koster mengatakan, setiap  ia melihat lukisan,  ada kegundahan dalam dirinya. Dalam benaknya terpikirkan, karya-karya para seniman Bali sangat diapresiasi di luar negeri. Termasuk juga, para sastrawan, 


Ia menilai, Pesta Kesenian Bali sudah berusia 42 tahun, namun, seni tradisi sepertinya porsinya lebih banyak,sementara seni di luar tradisi masih kurang.  Kegundahan inilah yang kemudian disampaikan kepada Gubernur Bali Wayan Koster, agar memberi  ruang kepada para sastrawan sehingga lahirlah Festival Seni Bali Jani (FSBJ). 


"Di FSBJ  juga sudah ada pameran megarupa," ujarnya. 


Menurutnya, PKB  memang harus tetap dilestarikan karena merupakan warisan dari Prof. Mantra. FSBJ juga harus  jalan.

"FSBJ kini sudah dibuatkan perda dan  ada anggarannya. Dukungan ini tujuannya, agar para seniman terus menciptakan karya-karya yang berkualitas. 
Begitu juga, saat ini  sedang dibangun Pusat Kebudayaan di Gunaksa Klungkung," kata Putri Koster. 


Menurutnya, Bali adalah daerah pariwisata dan tujuan para pelancong dunia. Seharusnya, Bali mengisi peluang ini.

"Bukannya kita yang datang ke luar negeri, tapi merekalah yang datang ke Bali," tegasnya. 

Ketika bicara lukisan, ia mengatakan, tidak terlalu mengerti. Tapi ada satu hal yang ia tangkap dari lukisan Made Gunawan yakni sangat  kental dengan nuansa Bali.


Sementara, Dewa Putu Sahadewa menuturkan, Puisi Gajah Mina terinsipirasi dari lukisan Gajah Mina karya Made Gunawan. Lukisan yang menggambarkan makhluk mitos dalam samudera ini sangat memukau Sahadewa.

“Lukisan  ikan raksasa berkepala gajah dengan dekorasi yang atraktif itu seolah-olah membuat saya bergetar. Seakan menyalakan alarm dan memberi inspirasi kepada saya untuk menuangkan dalam puisi,” tutur Pemilik RSIA Dedari Kupang ini. 

Lukisan Gajah Mina memberinya inspirasi untuk menuliskan bait puisi akan kecintaan kepada laut dan menjaga lingkungan. 

Demikian dahsyat getaran rasa yang dirasakan Sahadewa saat memandangi karya Gunawan sehingga hampir semua puisi tercipta dalam rentang waktu 1 bulan. Tentu juga endapan magma kata yang tersimpan dalam kantung rahasia si penyair sudah teramat cukup untuk diletupkan dalam rentang waktu yang singkat.

Sahadewa memang terinspirasi dari lukisan dan sketsa Made Gunawan tapi ada beberapa  lukisan Gunawan malah merespon puisi dari Sahadewa, sehingga ini tergolong unik dalam jagad buku di Bali khususnya.

Ia mengatakan, memang ada karya di Eropa dan Indonesia, yang saling merespon antara seniman kata dan  seniman rupa. Namun, untuk yang berbentuk  utuh dalam satu buku antara dua seniman mungkin baru pertama diterbitkan seperti dalam buku Gajah Mina ini.
Ia menambahkan, walaupun terinspirasi dari lukisan, namun sebagai seniman, karyanya tetap merdeka dan bisa saja diartikan berbeda  tergantung selera orang lain. 

Sahadewa, Lahir di Denpasar, tahun 1969 , menyelesaikan pendidikan formal di Denpasar, berkeluarga dengan tiga anak, kemudian bekerja sebagai dokter di Kupang , Nusa Tenggara Timur.

Serius menulis puisi sejak SMA. Puisi-puisinya dimuat di Bali Post Minggu era 80-an yang dikenang sebagai periode binaan Umbu Landu Paranggi. Beberapa puisinya juga sempat dimuat di majalah nasional, jurnal Cak dan aktif di Sanggar Minum Kopi saat itu.

Tahun 2015 adalah babak kedua dalam karir kepenulisannya. Kembali rajin menulis puisi, dimuat di beberapa koran dan antologi bersama baik di Indonesia maupun ASEAN.


Puisi-puisinya disertakan dalam beberapa festival sastra dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Rusia Bersama beberapa penyair Indonesia lainnya. Gajah Mina adalah kumpulan puisi tunggal ketiganya setelah 69 Puisi di Rumah Dedari dan antologi puisi bilingual: Penulis Mantra. (ira)
 

TAGS :

Komentar