Redaksi9.com - Stunting telah menjadi salah satu isu nasional yang mendapat perhatian serius dari pemerintah. Stunting tidak hanya menyangkut tinggi badan anak yang tidak sesuai dengan standar sesuai seusianya, namun stunting mengancam intelektualitas anak dan menghambat pertumbuhan otak generasi emas bangsa.
Meskipun angka stunting di Bali dapat dikatakan lebih rendah dari nasional, bukan berarti upaya penanganan dan pencegahan stunting di Bali terhenti begitu saja. Pencegahan dan penanganan stunting tidak bisa hanya menjadi pekerjaan rumah pemerintah semata, perlu sinergitas dan kerja sama semua pihak termasuk di dalamnya masyarakat hingga tingkat keluarga.
Harapan tersebut disampaikan oleh Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali Ny. Putri Suastini Koster saat menjadi narasumber pada Webinar dengan tema “Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanganan Stunting”, yang digelar Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Rabu (25/11).
Putri Koster menyampaikan upaya menurunkan angka stunting, sosialisasi baik upaya pencegahan dan penanganan stunting amat penting.
“Masyarakat perlu mendapatkan informasi yang benar dan tepat terkait pencegahan stunting, apa sebenarnya stunting, apa faktor penyebabnya dan bagaimana penanganannya,” ujar seniman multitalenta ini.
Ia menilai, pentingnya sosialisasi sampai ke tingkat keluarga mengenai pencegahan dan penanganan stunting. Informasi soal stunting juga perlu diketahui para remaja, karena mereka adalah calon ibu yang akan melahirkan para generasi muda. Selain itu, deteksi dini juga penting dan apa yang diperlu dilakukan Ketika sudah diketahui stunting.
“Dalam 1000 hari kelahiran anak dan usia emas mereka, anak haruslah mendapatkan perawatan khusus agar tumbuhkembang mereka optimal. Jangan abaikan nutrisi mereka. Dapat kita bayangkan, kalau anak-anak stunting, fisik dan motoriknya tidak bagus, seperti apa generasi bangsa ini. Anak-anak yang sehat adalah modal negara ini kuat,” tegas Penggagas Festival Seni Bali Jani ini.
Ia mengajak, semua masyarakat untuk rutin meerapkan PHBS, pola hidup bersih dan sehat. Dengan bersih kita bisa menjadi sehat. Untuk sehat kita perlu bersih. Itu yang harus terus dilakukan.
Menurutnya, usaha ini tidak bisa dilakukan sendiri atau diwujudkan oleh pemerintah saja, namun, harus dilakukan bersinergi bersama-sama.
“Semua pihak harus bersinergi, PKK gencarkan sosialisai melalui Pokja, Dinas Kesehatan juga gencar lakukan sosialisasi penanganan. Semua pihak bersinergi untuk wujudkan Bali bebas stunting," ujarnya.
Putri Koster juga menambahkan peran penting media dalam upaya sosialisasi stunting di tengah masyarakat. Media diharapkan semakin gencar dalam mengedukasi masyarakat dengan menyajikan pemberitaan stunting dan informasi yang tepat dan benar terkait stunting ke tengah masyarakat.
Dengan kerja sama yang mencakup semua lini ini, maka diharapkan masyarakat mendapatkan informasi yang benar, baik dalam upaya pencegahan maupun penanganan stunting di Bali.
“Pemerintah bisa mempolakan, bagaimana mencegah stunting, orangtua memberi pemahaman kepada putra-putrinya masih remaja, agar mengedepankan pola hidup sehat. Saya minta kepada jajaran PKK seluruh Bali mari beri perhatian khusus kepada anak-anak kita. Ini merupakan bagian dari 10 program pokok PKK,” kata Putri Koster.
Kepada kader posyandu, ia mengatakan sangat berterimakasih, karena sekarang masa pandemi harus datang ke rumah-ke rumah. Itu memerlukan keikhlasan yang tinggi dan sentuhan kasih sayang.
“Saya yakin kader posyandu sudah menyadari swadarmanya dan membaktikan diri kepada anak-anak,” ucap istri Gubernur Bali ini. Ia mengingatkan kepada kader posyandu tidak hanya tahu pengukuran tinggi dan berat badan anak, tapi juga kemampuan mengolah makanan sehat.
Ia juga berpesan, jangan hanya memberikan telur dan kacang hijau saat posyandu, perlu juga sekali waktu menu ditambah bubur tim yang isinya daging ayam dicampur bayam merah. Itu kreasi kader psoyandu.
Kepada para kepala desa, ia meminta dukungannya agar membantu penyediaan makanan sehat. Kepada para keluarga, ia mengajak memanfaatkan HATINYA PKK, halaman/ taman asri, tenteram, indah dan nyaman yang bermanfaat dan menghasilkan bahan makanan pokok sehari-hari, seperti sayur, cabai, terong, tomat dan lainnya. Dengan begitu kita dapat mengembalikan pada fungsinya, yakni memenuhi kebutuhan dasar dalam pemenuhan pangan. “Selain itu, juga tentu penghematan di masa pandemi,” imbuhnya.
Webinar yang digelar dalam rangkaian Hari Kesehatan Nasional ini diikuti 700 orang menghadirkan narasumber Kepala Dinas Kesehatan dr. Ketut Suarjaya, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi Bali Putu Anom Agustina. (ira)