Redaksi9.com - Pandemi Covid 19 berimbas signifikan bagi perekonomian masyarakat Bali dimana pada triwulan kedua 2020 pertumbuhan perekonomian Bali mengalami konstraksi yang cukup dalam hingga -10,98%. Demikian diungkapkan, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) saat menjadi pembicara dalam Bincang Maya “Tourism Industry Post Covid 19: Survival and Revival Strategy yang diselenggarakan Bank Indonesia, Jumat (16/10).
Ia mengatakan, berbagai upaya pemulihan ekonomi terus dilakukan,baik itu berupa program dan stimulus ekonomi baik itu dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Termasuk juga, stimulus bagi pelaku UMKM, bagi para siswa SMA/ SMK, mahasiswa hingga media baik itu media cetak maupun online. Disamping itu, bekerjasama dengan Bank Indonesia dan bank lainnya di Bali juga digelar pasar gotong royong untuk menyerap hasil hasil pertanian dan perikanan.
Demikian pula halnya di sektor pariwisata , para pelaku industri pariwisata terus berbenah dengan menyiapkan penerapan protokol kesehatan baik pada objek wisata, hotel maupun restaurant sehingga tumbuh kepercayaan di kalangan wisatawan akan penerapan protokol kesehatan di Bali.
“Penerapan Clean, Health, Safety and Environment ( CHSE), penerapan pembayaran nontunai dengan aplikasi QRIS terus digencarkan sehingga wisatawan akan merasa aman dan nyaman untuk berwisata ke Bali,” kata Cok Ace.
Demikian pula halnya, dengan pasar domestik yang terus dipacu karena merupakan peluang pasar yang cukup potensial. Dari segi pemerintah, Cok Ace menambahkan pemerintah menyiapkan sejumlah regulasi pendukung sebagai payung hukum serta terus melakukan perbaikan sarana prasarana seperti penambahan dan peningkatan kualitas dari Rumah Sakit, ruang isolasi , kapasitas laboratorium serta terus menjajaki kerjasama dengan pelaku industri di luar negeri dan survey trend pariwisata sebagai akibat dari Covid 19.
“Dengan berbagai upaya yang dilakukan semua pihak baik itu pemerintah, pelaku industri pariwisata dan juga masyarakat diharapkan kepercayaan akan pariwisata Bali akan tumbuh dan pariwisata akan kembali bangkit,” kata Cok Ace.
Sementara, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo yang juga menjadi pembicara webinar menyampaikan, pandemi ini adalah sebuah tantangan bagi kita semua tetapi kita jangan berputus asa.
“Kita harus terus bekerja keras dan mengambil setiap peluang yang ada dari tantangan yang kita hadapi. Di masa pandemi Covid 19 ini kita lakukan refocusing terhadap kualitas serta target pasar pariwisata kita sehingga kedepan pariwisata kita akan lebih berkualitas,” kata Angela.
Ia menyebutkan, Indonesia memilki potensi pariwisata yang sangat luar biasa untuk itu kita harus berkerja sama , bersemangat dan saling bahu membahu untuk kemajuan dan kebangkitan kembali pariwisata baik di Bali maupun Indonesia pada umumnya.
Sementara Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho mengatakan, pihaknya aktif bersama-sama dengan pemerinta daerah dan pelaku pariwisata untuk mencari solusi atas upaya memajukan pariwisata Bali. Ia juga ikut aktif terlibat dalam diskusi pariwisata untuk memberikan pemikiran kepada pemda.
“Kebetulan kami ditunjuk sebagai wakil ketua tim pemulihan ekonomi Provinsi Bali, “ kata Trisno. Ia juga aktif memberikan solusi mengenai sistem pembayaran nontunai. Kampanye pengunaan QRIS dilakukan di pasar dan daerah obyek wisata, termasuk di kalangan TNI/POLRI.
“Bank Indonesia juga memberi perhatian kepada sector pertanian dan UMKM baik melalui fasilitas pertanian dan teknis manajemen termasuk menyelenggarakan pasar gotong-royong,” kata Trisno.
Webinar juga menghadirkan Deputi Gubernur Bank Indonesia Rosmaya Hadi, Deputi Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Riski Wimanda, pengusaha Sandiaga Uno, Ketua Bali Tourism Board IB Partha Adnyana serta stakeholder kepariwisataan lainnya. (ira)