April 2025, Inflasi di Bali Terkendali

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja (Foto; dok)

Redaksi9.com - Berdasarkan rilis BPS Provinsi Bali, perkembangan harga gabungan kabupaten/kota perhitungan inflasi di Provinsi  Bali pada April 2025 secara bulanan mengalami inflasi sebesar 0,73% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya  yang mengalami inflasi 1,61% (mtm). Secara tahunan, inflasi Provinsi Bali meningkat menjadi 2,30% (yoy) dari  1,89% (yoy) pada Maret 2025, dan masih terjaga dalam rentang target 2,5±1%. 

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja mengatakan, inflasi bulan April 2025 di Provinsi Bali tetap terkendali, namun terdapat beberapa komoditas yang perlu  mendapat perhatian karena mengalami peningkatan harga seperti komoditas bawang merah dan bawang putih. 

Untuk itu, ke depan tetap diperlukan penguatan pengendalian inflasi melalui kolaborasi, inovasi, dan sinergi Tim  Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) khususnya dalam rangkaian Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Kuningan  dan libur nasional pada Mei 2025. 

Secara spasial, seluruh Kota/Kabupaten IHK mengalami inflasi bulanan dan tahunan. Kab. Tabanan mengalami  inflasi bulanan tertinggi sebesar 1,09% (mtm) atau 2,52% (yoy), diikuti Kota Singaraja yang mengalami inflasi  bulanan sebesar 0,80% (mtm) atau 1,82% (yoy). Selanjutnya, Kota Denpasar mengalami inflasi bulanan sebesar  0,69% (mtm) atau 2,69% (yoy), dan Kab. Badung mengalami inflasi bulanan sebesar 0,49% (mtm) atau 1,80% (yoy). 

Secara bulanan, inflasi di Provinsi Bali terutama disumbang oleh Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan  Bakar Rumah Tangga, serta Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya, seiring dengan normalisasi tarif listrik  dan peningkatan harga emas perhiasan. Berdasarkan komoditasnya, secara tahunan inflasi bulan April 2025 terutama bersumber dari kenaikan harga cabai rawit, daging babi, kopi bubuk, bawang merah, dan minyak goreng. Sementara itu, inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga tomat, daging ayam ras, sawi hijau, telur  ayam ras, dan bensin. Penurunan harga daging ayam ras seiring dengan peningkatan pasokan ayam pedaging  dari daerah sentra. 

Ke depan, beberapa risiko yang perlu diwaspadai antara lain peningkatan permintaan barang dan jasa pada libur  nasional di akhir Mei, dan kenaikan harga emas perhiasan serta minyak goreng seiring tingginya harga global emas  dan Crude Palm Oil (CPO). Selain itu, terdapat risiko peningkatan harga daging babi didorong tetap tingginya  permintaan dari luar daerah di tengah rangkaian HBKN. 

Untuk memitigasi risiko inflasi ke depan, Bank Indonesia Bali terus memperkuat sinergi dan inovasi bersama  seluruh Kabupaten/Kota di Bali untuk mengimplementasikan strategi 4K pengendalian inflasi, yakni  Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif. Dalam jangka  menengah panjang, Bank Indonesia Bali juga mengajak seluruh TPID untuk bersama-sama menjaga stabilitas  harga dan mewujudkan ketahanan pangan melalui peningkatan produktivitas lahan pertanian. Produktivitas  dapat ditingkatkan melalui penguatan implementasi regulasi perlindungan lahan pangan berkelanjutan dan  mitigasi alih fungsi lahan, penguatan pengairan, implementasi benih unggul, serta perluasan hilirisasi.  

Selanjutnya, Bank Indonesia bersama TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota di Bali akan terus memperkuat dan  memperluas implementasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), melalui peningkatan  produktivitas pertanian, optimalisasi kerjasama antar daerah, peningkatan efisiensi rantai pasok dengan  penciptaan ekosistem ketahanan pangan yang melibatkan BUMDES, Perumda pangan, dan koperasi, serta  kerjasama hulu-hilir antara petani, penggilingan, perumda pangan, dan horeka (hotel, restoran, dan kafe) disertai  dengan penguatan implementasi regulasi optimalisasi penggunaan produk lokal oleh horeka di daerah. Melalui  sinergi tersebut, Bank Indonesia Bali meyakini inflasi Provinsi Bali pada tahun 2025 akan tetap terjaga dalam  kisaran target inflasi nasional 2,5%±1%. (rdk)

TAGS :

Komentar