Redaksi9.com - Sejumlah warga menyayangkan kelalaian pihak pengelola Bali Zoo di Kabupaten Gianyar yang menyebabkan tewasnya satwa gajah betina dengan bobot mencapai 2,5 ton asal Sumatera bernama Molly pada Senin (16/12).
"Jika pengelola Bali Zoo tidak lalai dalam melakukan kegiatan sosialisasi lingkungan, mungkin Gajah bernama Molly tidak sampai tewas. Padahal saat ini adalah musim hujan, tak menutup kemungkinan akan terjadi arus deras air sungai yang berasal dari pengunungan akibat hujan lebat di hulu," kata seorang warga Gianyar Wayan Darma, Selasa.
Ia mengatakan sebagai pengelola dipercaya oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk melakukan pemeliharaan dan terhadap satwa-satwa langka seharusnya lebih hati-hati. Apalagi satwa yang ada di konservasi juga sebagai tontonan dan atraksi wisatawan yang berkunjung ke Bali.
Oleh karena itu, BKSDA Provinsi Bali mengevaluasi pengelolaan satwa di lembaga konservasi setelah seekor gajah sumatera mati akibat terseret arus deras Sungai Wos di Kabupaten Gianyar.
“Evaluasi kami saat ini, jangan ada sosialisasi di seberang sungai saat musim hujan,” kata Kepala BKSDA Bali Ratna Hendratmoko di Gianyar, Bali, Selasa.
Ia mengatakan pihaknya memberikan kesempatan kepada satwa termasuk gajah untuk bersosialisasi dengan lingkungan atau alam merupakan kewajiban lembaga konservasi untuk memastikan kesejahteraan mental satwa.
Kesejahteraan satwa, kata Ratna, tak hanya dari aspek gizi makanan, tetapi juga mental salah satunya kegiatan bersosialisasi atau berinteraksi dengan alam. Namun dia menekankan kegiatan sosialisasi itu perlu mencermati kondisi cuaca terkini dan menghindari dilakukan di sekitar aliran sungai ketika musim hujan.
Ia menambahkan peristiwa tragis itu menjadi pembelajaran semua pihak mulai BKSDA dan terutama kepada lembaga konservasi salah satunya Bali Zoo.(kis)