Redaksi9.com - Sosok I Gusti Ngurah Jaya Negara merupakan pribadi yang memadukan dunia politik, seni, dan budaya dengan penuh dedikasi. Sebagai Walikota Denpasar, Jaya Negara tak hanya berfokus pada pembangunan infrastruktur kota, tetapi juga berkomitmen menjaga dan melestarikan warisan budaya Bali. Politisi PDIP ini juga dikenal sebagai seniman topeng, yang dengan bangga memperkenalkan budaya Bali kepada generasi muda dan dunia internasional.
Pria kelahiran Denpasar ini, Jaya Negara tumbuh besar dalam lingkungan yang kaya akan nilai budaya dan seni. Sejak muda, dia sudah terlibat dalam berbagai kegiatan seni, terutama seni pertunjukan topeng. Bagi Jaya Negara, topeng bukan sekadar benda seni, melainkan cermin dari kehidupan dan filosofi Bali yang penuh makna. Ia mulai mempelajari seni topeng dari orang tuanya yang merupakan seniman tradisional Bali, dan sejak saat itu, minatnya terhadap seni semakin mendalam.
Namun, perjalanan Jaya Negara tidak hanya terbatas pada dunia seni. Dia memutuskan untuk terjun ke dunia politik dan bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Berbekal pemahaman yang mendalam tentang masyarakat Bali, dia dipilih untuk memimpin Kota Denpasar, ibu kota Provinsi Bali. Dalam kapasitasnya sebagai Walikota Denpasar, Jaya Negara berfokus pada visi pembangunan yang berkelanjutan, dengan memperhatikan aspek sosial, ekonomi, dan budaya.
Selama masa kepemimpinannya, Jaya Negara berhasil merancang berbagai kebijakan yang memajukan kota Denpasar tanpa mengorbankan nilai-nilai adat dan budaya Bali. Salah satu program unggulan yang diluncurkan adalah pembenahan sektor pariwisata yang berbasis budaya.
Ia berupaya menghubungkan pariwisata dengan pelestarian budaya Bali, sehingga wisatawan dapat menikmati keindahan alam sekaligus mempelajari seni dan tradisi Bali yang kaya.
Selain itu, Jaya Negara juga banyak berfokus pada pembangunan infrastruktur dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Program-program seperti pengentasan kemiskinan, pemberdayaan UMKM, dan peningkatan kualitas pendidikan menjadi prioritas utama dalam masa kepemimpinannya. Namun, yang membedakan Jaya Negara dengan walikota lainnya adalah kemampuannya untuk menjalin keseimbangan antara modernisasi dan pelestarian budaya. Hal ini tercermin dalam kebijakan-kebijakan yang selalu menempatkan budaya Bali sebagai landasan dasar dalam setiap keputusan pembangunan.
Sebagai seorang politisi PDIP, Jaya Negara dikenal memiliki pandangan yang kuat terhadap pentingnya peran pemerintah dalam menciptakan kemajuan tanpa mengabaikan budaya lokal. Dalam setiap kesempatan, ia kerap menekankan bahwa pembangunan yang dilakukan harus dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat, namun tetap menjaga kearifan lokal yang ada. Oleh karena itu, ia senantiasa bekerja sama dengan berbagai elemen masyarakat, termasuk seniman dan budayawan, untuk menciptakan kebijakan yang mendukung pelestarian seni dan budaya Bali.
Jaya Negara juga dikenal sangat dekat dengan masyarakat. Sebagai seorang pemimpin yang mengedepankan komunikasi dengan rakyat, ia sering turun langsung ke lapangan untuk mendengarkan keluhan dan aspirasi warga. Tak jarang, ia menyempatkan diri untuk hadir dalam acara budaya, pertunjukan seni, dan festival lokal, tempat di mana ia dapat melihat langsung dinamika budaya masyarakat.
Tak hanya sebagai walikota dan politisi, Jaya Negara juga terus berkarya sebagai seniman topeng. Ia tetap melestarikan seni tradisional ini dengan melibatkan generasi muda, mengajarkan mereka cara membuat topeng serta makna yang terkandung di dalamnya. Baginya, seni topeng adalah sarana untuk menggali identitas budaya Bali dan membangun rasa kebanggaan terhadap warisan leluhur.
Dengan segala prestasi yang dimilikinya, Jaya Negara tidak hanya menjadi figur penting di dunia politik, tetapi juga menjadi teladan bagi generasi muda Bali. Kombinasi antara peranannya sebagai walikota, politisi PDIP, dan seniman topeng menjadikannya sosok yang sangat dihormati, baik di Bali maupun di tingkat nasional. Ia membuktikan bahwa politik dan seni tidaklah terpisahkan, dan keduanya bisa berjalan beriringan untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik dan lebih berbudaya.(kis)