Redaksi9.com - Dalam upaya meningkatkan produksi sektor perikanan di Bali, beberapa jenis ikan miliki potensi besar untuk dikembangkan. Hal tersebut disampaikan, Dosen Fakultas Kelautan dan Perikanan, Unud, Pande Gde Sasmita, Senin,(18/11/2024) di Badung.
Ia menyebut, sektor perikanan laut misalnya, Ikan tuna, cakalang, dan tongkol menjadi komoditas utama karena, nilai ekonomisnya yang tinggi, terutama untuk pasar ekspor. Selain itu, ikan kerapu seperti kerapu macan dan kerapu tikus, serta kakap putih, memiliki prospek besar dalam budidaya laut karena, permintaan internasional yang stabil. "Bali juga dapat mengembangkan ikan hias laut seperti clownfish dan angelfish untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor," jelasnya.
Sementaram di sektor air tawar, ikan nila, lele, gurame, dan patin menjadi pilihan utama untuk budidaya karena, mudah dibudidayakan dan memiliki pasar yang luas, baik lokal maupun internasional. "Komoditas bernilai tinggi seperti ikan sidat juga layak dikembangkan untuk memenuhi permintaan pasar Jepang dan Eropa," ucapnya.
Jenis-jenis ikan tersebut dapat dikembangkan di Bali karena, faktor ekologi, ekonomi, dan infrastruktur yang mendukung.
Perairan Bali, terutama disisi selatan yang berbatasan dengan Samudra Hindia, merupakan jalur migrasi ikan pelagis seperti, tuna, cakalang, dan tongkol, sehingga penangkapan ikan ini sangat potensial.
Selain itu, ikan-ikan ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi, baik untuk pasar lokal maupun ekspor, terutama ke Jepang, Eropa, dan Amerika.
Keberadaan fasilitas pelabuhan perikanan seperti Pelabuhan Benoa juga mendukung aktivitas penangkapan, pengolahan, dan distribusi hasil tangkapan dengan standar internasional.
Ia menilai, untuk budidaya laut, ikan seperti kerapu dan kakap putih cocok dikembangkan karena Bali memiliki kawasan perairan yang tenang, seperti di Nusa Penida dan Serangan, yang ideal untuk keramba jaring apung. "Jenis-jenis ikan ini juga memiliki nilai pasar tinggi, terutama di Asia dan Eropa. Sementara itu, ikan air tawar seperti nila, lele, dan gurame dapat berkembang karena banyaknya sumber air tawar di daerah seperti Bangli dan Gianyar. Ikan ini juga mudah dibudidayakan dengan teknologi sederhana, memiliki siklus panen cepat, dan permintaan pasar domestik yang stabil," paparnya.
Dirinya berharap kepada seluruh pelaku usaha perikanan di Bali, dihimbau agar menjalankan kegiatan perikanan dengan prinsip keberlanjutan dan tanggung jawab terhadap lingkungan, serta dalam perikanan tangkap, pelaku usaha diharapkan menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan dan menghindari praktik overfishing yang dapat merusak ekosistem laut.
Selain itu, pengelolaan hasil tangkapan perlu memperhatikan ukuran ikan yang layak tangkap agar populasi ikan tetap terjaga.
"Dalam budidaya, penting untuk mengadopsi teknologi yang minim dampak lingkungan, seperti penggunaan pakan berkualitas, pengelolaan limbah, dan rotasi budidaya untuk menjaga kesehatan perairan," katanya.
Pelaku usaha juga diharapkan dapat mendiversifikasi produk hasil perikanan, tidak hanya untuk memenuhi pasar domestik tetapi juga untuk meningkatkan daya saing di pasar internasional. Peningkatan nilai tambah melalui pengolahan hasil laut, seperti produksi ikan fillet, abon, atau produk beku siap saji, dapat memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar.
"Kolaborasi dengan sektor pariwisata untuk mempromosikan produk perikanan lokal juga diharapkan dapat menciptakan pasar yang lebih luas," pungkas Sasmita. (gde)