Krisis Sampah di Denpasar: Solusi atau Bencana Baru

Kondisi sampah di TPA Suwung, Kota Denpasar (Foto:kis-nt)

Redaksi9.com - Masalah sampah di Kota Denpasar-Bali telah mencapai tingkat mengkhawatirkan. Setiap harinya, Denpasar menghasilkan sekitar 800 hingga 950 ton sampah, yang sebagian besar berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung, Kecamatan Denpasar Selatan.

TPA Suwung sudah lama menjadi tempat penampungan sampah utama, kini hampir mencapai kapasitas maksimalnya. Kondisi ini memicu kekhawatiran terkait dampak lingkungan, kesehatan, dan keberlanjutan pengelolaan sampah di kota ini. Bahkan pengelolaan sampah terpadu di Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur kini mangkrak, karena protes warga akibat tebaran bau busuk dari TPA terpadu tersebut.

Bahwa krisis ini tidak hanya disebabkan oleh tingginya produksi sampah, tetapi juga karena rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah. Kita menghadapi dua masalah utama, yakni perilaku masyarakat yang belum disiplin dalam memilah sampah dan kurangnya fasilitas pengelolaan sampah yang efisien.

Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Denpasar, sekitar 40 persen dari total sampah yang dihasilkan adalah sampah plastik, sementara tingkat daur ulang masih di bawah 20 persen. Hal ini diperparah oleh kebiasaan masyarakat yang masih sering mencampur sampah organik dan non-organik, sehingga menyulitkan proses pengolahan.
Dampak Krisis Sampah

Dampak dari penumpukan sampah ini tidak bisa diabaikan. Selain mencemari lingkungan, sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan masalah kesehatan, seperti penyakit kulit, gangguan pernapasan akibat bau menyengat, hingga meningkatnya populasi bibit penyakit seperti lalat dan tikus.

Krisis ini juga berpotensi merusak citra pariwisata Bali, yang selama ini dikenal sebagai destinasi wisata utama di Indonesia. Sampah yang mencemari pantai dan perairan sekitar Denpasar bisa membuat wisatawan enggan berkunjung. Hal ini tentu akan berdampak pada perekonomian lokal, mengingat sektor pariwisata menjadi tulang punggung utama Bali.


Pandangan Pakar

Pengelolaan sampah tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga membutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat dan sektor swasta.

Pengembangan infrastruktur pengolahan sampah modern, seperti fasilitas waste-to-energy yang dapat mengubah sampah menjadi energi listrik. Teknologi ini telah sukses diterapkan di beberapa negara dan terbukti mampu mengurangi volume sampah secara signifikan.

Pemerintah Kota Denpasar telah meluncurkan beberapa inisiatif untuk mengatasi masalah ini. Salah satunya adalah program zero waste yang melibatkan komunitas lokal dalam pengelolaan sampah berbasis lingkungan. Kampanye pengurangan penggunaan plastik sekali pakai juga terus digencarkan, terutama di pasar-pasar tradisional dan tempat umum lainnya.

Namun, upaya ini dinilai masih belum cukup oleh banyak pihak. Harus adanya kolaborasi yang lebih intensif antara pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk mempercepat solusi yang lebih sistemik.

Salah satu solusi jangka panjang yang diusulkan adalah pembangunan fasilitas pengolahan sampah terpadu. Fasilitas ini tidak hanya mampu mengolah sampah menjadi energi, tetapi juga menghasilkan kompos dari limbah organik yang bisa digunakan untuk pertanian. Dengan cara ini, sampah tidak lagi dipandang sebagai limbah, melainkan sebagai sumber daya yang memiliki nilai ekonomis.

Peran Pengelolaan Sampah

Selain peran pemerintah dan swasta, masyarakat juga memiliki tanggung jawab besar dalam menyelesaikan krisis ini. Edukasi tentang pentingnya memilah sampah dari sumbernya harus ditingkatkan. Misalnya, masyarakat dapat mulai memisahkan sampah organik dan non-organik di rumah, sehingga memudahkan proses daur ulang.

Komunitas lokal juga diharapkan aktif dalam program pengelolaan sampah. Beberapa desa di Bali, seperti Desa Adat Penglipuran, telah sukses menerapkan sistem pengelolaan sampah mandiri yang bisa menjadi contoh bagi Denpasar. Dengan keterlibatan langsung masyarakat, kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan akan semakin meningkat.


Harapan untuk Masa Depan

Dengan langkah-langkah yang tepat, kolaborasi semua pihak, dan komitmen yang kuat, Denpasar bisa menjadi kota yang tidak hanya bersih dari sampah, tetapi juga menjadi pelopor dalam pengelolaan lingkungan di Indonesia. (kis)

TAGS :

Komentar