Redaksi9.com.- Menjelang Pilkada 2024, tingkat partisipasi pemilih milenial diprediksi tidak jauh berbeda dengan angka nasional.
Meski ada kecenderungan golput, akan terapi kesadaran politik generasi yang lahir antara 1980 hingga 1996 ini semakin tinggi, terutama karena, para milenial kini berada pada usia produktif, dengan rata-rata usia 30-an dan banyak yang sudah berkeluarga, hal ini disampaikan, Akademisi FISIP Universitas Udayana (Unud), Dr. Ni Made Ras Amanda Gelgel.
"Namun, ada beberapa faktor mempengaruhi keputusan mereka, termasuk kesibukan bekerja, status kependudukan, atau ketidakpahaman bahwa suara mereka memiliki arti," ujarnya, Sabtu,(16/11/2024) di Badung.
Dirinya mencontohkan, Milenial di Bali, misalnya, cenderung lebih aktif memilih karena, ikatan emosional dengan daerah asal mereka, yang masih sangat kuat.
"Walaupun demikian, ketidakpedulian terhadap politik tetap ada, meskipun ada peningkatan kesadaran akan pentingnya memilih," cetusnya.
Dirinya menyebutkan, guna menurunkan angka golput, penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa memilih adalah hak sekaligus kewajiban.
"Jika ingin mengkritik pemerintahan atau program pembangunan, pemilih harus terlebih dahulu menggunakan hak pilihnya. Pilkada merupakan kesempatan untuk menuntut apa yang terbaik bagi masyarakat," paparnya.
Dirinya menyebutkan, Penting juga untuk memastikan Pilkada 2024 bebas dari politik praktis, politik uang, dan pengaruh kelompok tertentu.
Dirinya berharap, agar setiap individu dapat memilih tanpa tekanan, menghormati hak suara masing-masing, dan lebih berpartisipasi untuk kemajuan bersama. (gde)