Bulan Agustus 2024, Inflasi Terjaga

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja (Foto; dok)

Redaksi9.com - Berdasarkan rilis BPS Provinsi Bali, perkembangan harga Provinsi Bali pada Agustus 2024 secara bulanan  mengalami inflasi sebesar 0,10% (mtm), stabil dibandingkan bulan sebelumnya yang juga mengalami inflasi  sebesar 0,10% (mtm).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja mengatakan, secara tahunan, inflasi Provinsi Bali menurun dari 2,53% (yoy) pada bulan sebelumnya  menjadi 2,32% (yoy) dan tetap berada pada kisaran target inflasi nasional 2,5% ± 1%.

"Inflasi Bali yang tetap  terjaga terwujud sebagai hasil dari terus berlanjutnya kolaborasi, inovasi, dan sinergi Tim Pengendalian Inflasi  Daerah (TPID), baik di tingkat provinsi Bali maupun kota/kabupaten," ujarnya.

Ia menyebutkan, inflasi yang terjaga terjadi di seluruh kota sampel inflasi. Secara spasial, Kota Singaraja mengalami deflasi  sebesar -0,18% (mtm) atau 1,69% (yoy).

Baca juga: Belum Dapat QR Code Pertalite? Perhatikan Hal Berikut

Sementara, Kabupaten Badung mengalami deflasi, sebesar  -0,09% (mtm) atau 2,05% (yoy). Lebih lanjut, Kota Denpasar mengalami inflasi sebesar 0,26% (mtm) atau  2,95% (yoy).

Adapun Kabupaten Tabanan mengalami inflasi sebesar 0,28% (mtm) atau 1,68% (yoy).  Kelompok Pendidikan menjadi penyumbang inflasi utama pada Agustus 2024.  

"Berdasarkan komoditasnya, inflasi terutama bersumber dari daging babi, biaya pendidikan  akademi/perguruan tinggi, kopi bubuk, beras, dan biaya pendidikan SMP," kata Erwin.

Sementara, kenaikan harga daging babi  didorong oleh berkurangnya pasokan akibat virus ASF dan pengiriman daging babi ke luar daerah khususnya  Sulawesi Utara dan Kalimantan. Adapun kenaikan harga kopi bubuk disebabkan oleh kenaikan harga kopi  dunia karena penurunan produksi kopi dari Brazil dan Pakistan, sedangkan kenaikan biaya pendidikan sejalan  dengan masuknya tahun ajaran baru.  

Pada September 2024, terdapat beberapa risiko yang perlu diwaspadai, seperti potensi kenaikan harga  menjelang HBKN Galungan dan Kuningan, berlanjutnya kenaikan harga daging babi akibat berkurangnya  pasokan di Bali, belum masuknya musim panen beras, kenaikan HET MinyakKita yang berpotensi merambat  pada kenaikan harga minyak goreng lainnya, serta kenaikan harga avtur yang berpotensi menyebabkan  kenaikan tarif angkutan udara. Namun potensi stabilitas harga tetap terjaga sejalan dengan panen bawang  merah di Bima (NTB) sebagai salah satu sumber pasokan di Bali, penurunan kembali harga Pertamax, dan  beroperasinya RMU Modern di Badung pasca diresmikan pada Agustus 2024.  

Untuk merespon potensi risiko inflasi ke depan, KPw BI Provinsi Bali terus mengajak seluruh Kabupaten/Kota  di Bali untuk memperkuat langkah pengendalian inflasi secara konsisten, serta memperkuat inovasi dan  sinergitas. Konsistensi seluruh TPID di Bali dalam pengendalian inflasi diwujudkan melalui kebijakan 4K,  antara lain operasi pasar murah dan Gerakan Tanam Pangan Cepat Panen (Genta Paten) di lahan milik  Pemprov.

Langkah lain yang dilakukan termasuk penguatan anggaran transportasi untuk pengiriman bahan  pokok dari Klungkung daratan ke Nusa Penida, pengoperasian RMU Modern di Badung, bantuan bibit babi  di Tabanan, peningkatan insentif pekaseh di Denpasar, dan kerja sama antara Perumda Swatantra dengan  Kelompok Tani Cabai di Buleleng. Melalui langkah-langkah tersebut, Bank Indonesia meyakini inflasi Provinsi  Bali pada tahun 2024 akan tetap terjaga dalam kisaran target inflasi nasional 2,5%±1%.  (rdk)

TAGS :

Komentar