Juli 2024, Dewan Komisioner OJK Menilai Sektor Jasa Keuangan Terjaga Stabil

Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa  Keuangan (OJK) pada 31 Juli 2024 menilai sektor jasa keuangan terjaga stabil yang  didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas memadai di tengah  ketidakpastian global akibat meningkatnya tensi perang dagang dan geopolitik serta  normalisasi harga komoditas global.  (Foto; OJK)


Redaksi9.com - Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa  Keuangan (OJK) pada 31 Juli 2024 menilai sektor jasa keuangan terjaga stabil yang  didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas memadai di tengah  ketidakpastian global akibat meningkatnya tensi perang dagang dan geopolitik serta  normalisasi harga komoditas global. 


Kinerja perekonomian global secara umum melemah dengan inflasi termoderasi  secara broad-based. Sejalan dengan pelemahan pasar tenaga kerja dan penurunan  inflasi AS, pasar berekspektasi The Fed akan menurunkan suku bunga kebijakan  (FFR) sebanyak 2-3 kali di tahun 2024. Di Eropa, meskipun indikator perekonomian  terus melemah, Bank Sentral Eropa (ECB) menahan suku bunga kebijakan pada  pertemuan Juli 2024. Namun, pasar mengekspektasikan ECB akan menurunkan  suku bunga sebanyak 2 kali lagi hingga akhir tahun 2024.

Di Tiongkok,  pertumbuhan ekonomi Triwulan 2 2024 melambat didorong lemahnya permintaan  domestik, yang diindikasikan oleh penurunan inflasi dan harga properti. Hal ini  mendorong pemerintah dan bank sentral terus mengeluarkan stimulus fiskal dan  moneter. 

Tensi geopolitik global terpantau meningkat sejalan dengan tingginya dinamika  politik di AS menjelang Pemilihan Presiden di November 2024, serta perkembangan  terkini di Timur-Tengah dan Ukraina. Selain itu, tensi perang dagang juga  meningkat khususnya terkait dengan sektor teknologi dan semi konduktor. Secara  umum, pasar melakukan price in dampak kenaikan tensi geopolitik. 

Baca juga: OJK Bali Edukasi Pelajar di Festival Anak dan Temu Kreasi 2024

Di sisi lain, secara umum tekanan di pasar keuangan global menurun. Ekspektasi  The Fed segera menurunkan FFR telah mendorong penurunan yield USD dan  pelemahan dollar index. Hal ini mendorong mulai terjadinya aliran masuk modal  (inflow) ke negara emerging markets, termasuk Indonesia, sehingga pasar keuangan  emerging market mayoritas menguat terutama di pasar obligasi dan nilai tukar. 

Di domestik, kinerja perekonomian masih cukup positif dan cenderung stabil. Hal  ini ditunjukkan oleh terjaganya tingkat inflasi dan berlanjutnya surplus neraca perdagangan. Namun demikian, perlu dicermati berlanjutnya tren penurunan harga  komoditas yang telah memoderasi kinerja ekspor. 

Di pasar saham, IHSG menguat 2,72 persen mtd pada 31 Juli 2024 ke level 7.255,76  (ytd: terkoreksi 0,23 persen), dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp12.338 triliun atau naik 1,83 persen mtd (5,76 persen ytd), serta non-resident mencatatkan  net buy Rp6,68 triliun mtd (ytd: net sell Rp1,05 triliun). Secara mtd, penguatan terjadi di hampir seluruh sektor dengan penguatan terbesar di sektor industri dan  transportasi & logistik. Di sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi harian  pasar saham tercatat Rp11,87 triliun ytd. 

Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI menguat 1,09 persen mtd (naik 2,66 persen ytd) ke level 384,57, dengan yield SBN rata-rata turun sebesar 7,34 bps (ytd  naik 25,87 bps) dan non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp4,90 triliun mtd (ytd: net sell Rp29,05 triliun). Untuk pasar obligasi korporasi, investor non-resident mencatatkan net sell sebesar Rp0,58 triliun mtd (net sell Rp2,22 triliun ytd).  

Di industri pengelolaan investasi, nilai Asset Under Management (AUM) tercatat  sebesar Rp830,25 triliun (naik 0,51 persen mtd atau 0,67 persen ytd), dengan Nilai  Aktiva Bersih (NAB) reksa dana tercatat sebesar Rp491,61 triliun atau naik 1,06  persen mtd (ytd: turun 1,96 persen) dan tercatat net subscription sebesar Rp2,75  triliun mtd (ytd: net redemption Rp12,53 triliun).  

Penghimpunan dana di pasar modal masih dalam tren yang positif, tercatat nilai  Penawaran Umum mencapai Rp129,90 triliun di mana Rp4,39 Triliun di antaranya  merupakan fundraising dari 28 emiten baru. Sementara itu, masih terdapat 111  pipeline Penawaran Umum dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp33,04 triliun.  

Untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF), sejak pemberlakuan  ketentuan SCF hingga 30 Juli 2024, telah terdapat 17 penyelenggara yang telah  mendapatkan izin dari OJK dengan 579 penerbit, 159.957 pemodal, dan total dana  SCF yang dihimpun dan teradministrasi di KSEI sebesar Rp1,15 triliun.  

Pada Bursa Karbon, sejak diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 31 Juli  2024, tercatat 70 pengguna jasa yang mendapatkan izin dengan total volume  sebesar 613.541 tCO2e dan akumulasi nilai sebesar Rp37,04 miliar, dengan rincian  nilai transaksi 26,73 persen di Pasar Reguler, 23,19 persen di Pasar Negosiasi, 49,89  persen di Pasar Lelang, dan 0,18 persen di marketplace. Ke depan, potensi Bursa  Karbon masih sangat besar mempertimbangkan terdapat 3.864 pendaftar yang  tercatat di Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI) dan  tingginya potensi unit karbon yang dapat ditawarkan. 

Dalam rangka penegakan ketentuan di bidang PMDK: 
1. Pada bulan Juli 2024, OJK telah mengenakan sanksi administratif berupa  denda atas kasus kepada 2 Manajer Investasi dan 1 Emiten sebesar  Rp475.000.000. 


2. Selanjutnya selama tahun 2024, OJK telah mengenakan Sanksi Administratif  atas pemeriksaan kasus di Pasar Modal kepada 83 Pihak yang terdiri dari  Sanksi Administratif berupa Denda sebesar Rp57.175.000, 14 Perintah Tertulis,  1 Pencabutan Izin Usaha Manajer Investasi, 1 Percabutan Izin Orang  Perseorangan, dan 5 Peringatan Tertulis serta mengenakan Sanksi Administratif  berupa Denda atas keterlambatan dengan nilai sebesar Rp49.809.990.000,  kepada 561 pelaku jasa keuangan di Pasar Modal dan 66 Peringatan Tertulis atas keterlambatan penyampaian laporan, serta mengenakan 2 Sanksi  Administratif berupa Peringatan Tertulis atas Selain Keterlambatan. 

Perkembangan Sektor Perbankan (PBKN) 

Kinerja fungsi intermediasi perbankan terus melanjutkan tren peningkatan. Pada  Juni 2024, secara mtm kredit mengalami peningkatan sebesar Rp102,29 triliun,  atau tumbuh sebesar 1,39 persen mtm. Adapun secara tahunan, pertumbuhan  penyaluran kredit melanjutkan catatan double digit growth sebesar 12,36 persen yoy  (Mei 2024: 12,15 persen) menjadi Rp7.478,4 triliun. Berdasarkan jenis penggunaan,  Kredit Investasi tumbuh tertinggi yaitu sebesar 15,09 persen yoy.

Sementara itu,  secara nominal yang terbesar adalah Kredit Modal Kerja sehingga menjadi sebesar  Rp3.389,53 triliun. Ditinjau dari kepemilikan bank, bank BUMN menjadi pendorong  utama pertumbuhan kredit yaitu tumbuh sebesar 14,95 persen yoy.  


Sejalan dengan pertumbuhan Kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mengalami  pertumbuhan positif. Pada Juni 2024, DPK tercatat tumbuh sebesar 0,27 persen  mtm atau meningkat sebesar 8,45 persen yoy (Mei 2024: 8,63 persen yoy) menjadi  Rp8.722,03 triliun, dengan giro menjadi kontributor pertumbuhan terbesar yaitu  13,48 persen yoy.  

Likuiditas industri perbankan pada Juni 2024 memadai dengan rasio Alat  Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK)  masing-masing sebesar 112,33 persen (Mei 2024: 114,58 persen) dan 25,37 persen  (Mei 2024: 25,78 persen), atau jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50  persen dan 10 persen. 


Sementara itu, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL gross perbankan yang  menurun menjadi sebesar 2,26 persen (Mei 2024: 2,34 persen) dan NPL net sebesar  0,78 persen (Mei 2024: 0,79 persen). Loan at Risk (LaR) juga menunjukkan tren  penurunan menjadi sebesar 10,51 persen (Mei 2024: 10,75 persen). Rasio LaR  tersebut juga sudah semakin mendekati level sebelum pandemi yaitu sebesar 9,93  persen pada Desember 2019). 
Adapun NPL gross UMKM pada bulan Juni 2024 tercatat menurun menjadi 4,04  persen (Mei 2024: 4,27 persen). Sejalan dengan penurunan LaR total kredit, LaR  kredit UMKM juga mengalami penurunan yaitu menjadi sebesar 13,50 persen (Mei  2024: 13,83 persen) dari tahun sebelumnya sebesar 16,84 persen. Rasio LaR UMKM  saat ini juga semakin mendekati level sebelum pandemi (Des 2019: 12,74 persen). 


Secara umum, rerata tertimbang suku bunga DPK dalam tren meningkat sejalan  dengan naiknya suku bunga acuan selama setahun terakhir. Di sisi lain, pergerakan  rerata suku bunga kredit cenderung flat, dengan suku bunga Kredit Modal Kerja  (KMK) dan Kredit Konsumtif (KK) menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Hal  ini disebabkan prioritas bank untuk tetap menjaga kualitas kreditnya meskipun  NIM menjadi turun. NIM menurun secara yoy dari sebesar 4,8 persen pada Juni  2023 menjadi sebesar 4,57 persen pada Juni 2024 (Mei 2024: 4,56 persen).  Meskipun demikian, tingkat profitabilitas bank (ROA) masih tetap tinggi sebesar  2,66 persen (Mei 2024: 2,56 persen), yang menunjukkan kinerja industri perbankan  tetap resilien dan stabil. 


Ketahanan perbankan juga ditopang oleh permodalan (CAR) yang masih di level yang  tinggi yaitu sebesar 26,18 persen (Mei 2024: 26,17 persen) dan menjadi bantalan  mitigasi risiko yang solid di tengah kondisi ketidakpastian global.  


Untuk produk buy now pay later di perbankan, per Juni 2024 baki debet tumbuh  stabil 47,42 persen yoy (Mei 2024: 46,77 persen) menjadi Rp17,72 triliun, dengan  total jumlah rekening 17,48 juta (Mei 2024: 17,26 juta). Risiko kredit untuk pay later di perbankan turun ke level 2,50 persen (Mei 2024: 2,61 persen). 

Sementara itu, dalam rangka penegakan ketentuan dan pelindungan konsumen di  sektor perbankan, OJK telah melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 
1. Sehubungan dengan pemberantasan judi online yang berdampak luas pada  perekonomian dan sektor keuangan, atas permintaan OJK, perbankan  melakukan pemblokiran terhadap sekitar 6.000 rekening dari data yang  disampaikan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. OJK juga meminta 
perbankan untuk menutup rekening yang berada dalam satu Customer  Identification File (CIF) yang sama. 


2. OJK telah mencabut izin usaha PT Bank Perkreditan Rakyat Lubuk Raya Mandiri  pada 23 Juli 2024 dan PT Bank Perkreditan Rakyat Sumber Artha Waru Agung  pada 24 Juli 2024. (rdk)
 

TAGS :

Komentar