Redaksi9.com - Rekasadana ( Pergelaran ) gamelan Angklung dan musik tradisional khas Negara Taiwan mengalun merdu di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Bali , Selasa (9/7/2024). Mereka tampil dalam rangkaian Bali World Culture Cellebration (BWCC) -Pesta Kesenian Bali ( PKB) ke-46.
Ada kesamaan pola dan Irama dalam pendekatan konsep musikal yang baru disajikan dalam bentuk karya seni karawitan oleh kelompok mahasiswa dari Taipe National University of The Art ( TNUA) Taiwan yang berkolaborasi dengan Sanggar Seni Dharma Shanti, Ubud, Gianyar.
Khusus dalam ajang PKB ke 46 tahun ini, kedua penampil yang menyajikan tujuh garapan musik dan tari, mulai tabuh klasik Angklung klentangan , seperti tabuh pembuka, dilanjutkan karya berjudul TNUA yang merupakan lagu kebesaran kampus TNUA diciptakan oleh komposer terkenal Prof. Master Lung ( almarhum). Lagu ini memainkan bilah bilah gamelan Angklung Bali pertama di Taiwan. Teknik kotekan yang menjadi ciri khas gamelan Angklung Bali yang berlapis lapis menyajikan warna baru dan menarik dalam komposisi ini.
Kemudian dipersembahkan Tari Baris, oleh sanggar Seni Dharma Shanti, Ubud. Dilanjutkan sajian Sinar Suci , lagu ini terinsipirasi dari lagu gereja, suara gamelan yang dipukul dengan teknik dan cara yang berbeda, menciptakan suara yang terang dan dalam, memberi kesan pada perasaan datangnya sinar Suci. Lagu ini menggunakan toy piano dan angklung yang digarap memadukan karakter musik Barat dan alat perkusi Timur menyatakan dalam Harmoni yang indah.
Sedangkan kelompok sanggar melanjutkan tabuh kreasi gadung. Sajian berikutnya beberapa lagu kolaborasi musik tradisional ‘Beiguan’ dan Angklung disajikan dalam pendekatan konsep musikal kebaruan .
TNUA Ensemble merupakan salah satu programs studi yang mempelajari teori dan praktek gamelan Bali di Taipei University . Kehadiran puluhan siswa TNUA secara langsung ke Bali merupakan rangkaian pedalaman pada kelas yang mereka tekuni terutama terkait musik gamelan Angklung. Terlebih di Taiwan mereka telah mengoleksi satu perangkat gamelan Angklung klasik Bali. Tahun 1985 satu barung gamelan angklung didatangkan dari Bali.
Seperti dituturkan I Made Sucipta, mereka cukup mengenal gamelan Angklung karena secara teori gamelan Angklung dipelajari disana. “ Mereka tertarik dengan gamelan angklung cukup lama. Kedatangan ke Bali mereka ingin berkolaborasi, ada beberapa lagu dibawakan dari mereka sebagian dari lagu-lagu klasik dari kita,” ungkap Sucipta.
Tampak dalam penyajian beberapa lagu yang dibawakan, mahasiswa Taiwan ini cukup menguasai dalam memainkan bilah-bilah angklung yang berdaun 4 itu. Begitu sebaliknya penabuh angklung klasik dari Sanggar Seni Dharma Shanti, Ubud, Gianyar juga memainkan musik khas Taiwan. “ Ada persilangan dalam memainkan angklung klasik dan musik khas Taiwan, termasuk penabuh dari mereka maupun penabuh dari kita,” kata Sucipta seraya menyebut proses latihan hanya 10 hari. (*)