Waisak 2568 Vihara Empu Astapaka, Abhisekha Dua Arca Buddha, Bhikkhu Pabhajayo Jaga Keberagaman Ikuti Jejak Buddha

Prosesi Abhisekha Dua Arca Buddha (foto:ist)

Redaksi9.com - Tri Suci Waisak adalah hari memperingati 3 peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan seorang Buddha, yaitu  Kelahiran Pangeran/Boddhisatwa Siddharta di Taman Lumbini, Pencapaian Penerangan Sempurna Pertapa Siddharta, Menjadi Buddha, di Bodhgaya dan Parinibbana/Mangkatnya Guru Agung Buddha di Kusinara.

Setiap datangnya Tri Suci Waisak kita selalu diajak untuk mengingat, mengenang, menghormati 3 peristiwa agung tersebut, seperti yang kita lakukan di Vihara Empu Astapaka hari ini. Karena dengan demikian kita bisa memahami betapa panjang dan tidak mudahnya guru Agung kita menemukan Dhamma yang Mulia ini, yang dapat membebaskan mahluk dari Dukkha Samsara.

Mengingat sejarah perjuangan Guru Agung penting, Puja, Persembahan juga penting tapi lebih penting lagi jika kita bisa mempraktekkan Dhamma yang ditemukan Guru Agung kita. Kita mesti berusaha untuk mengikuti jejak Guru Agung kita. Menggunakan Dhamma sebagai jalan untuk membebaskan diri kita dari kekotoran batin, Lobha, Dosa, Moha.

Itulah sebabnya ketika saya diundang Romo Sudiarta untuk mengisi Waisak di Vihara EmAs, dengan rangkaian pindapata di 3 tempat dan bincang Dhamma saya menyambut baik. Demikian juga memperhatikan nilai nilai sejarah keberadaan Vihara Empu Astapaka serta kegiatan yang bermuansa menjaga keharmonisan kehidupan beragama dan bermasyarakat, sebagaimana yang disampaikan ketua umum yayasan dalam sambutannya tadi. Ini sesuai dengan tema Waisak Sangha Theravada Indonesia (STI), Memperkokoh Persatuan dalam Keberagaman.

Di Indonesia, hanya di Indonesia yang setiap Waisak ada temanya dan selalu intinya menjaga keharmonisan. Tema Waisak selalu disesuaikan dengan kondisi kekinian yang sedang terjadi di negara kita. Tujuannya agar kita berhati hati dan bisa ikut memberikan kontribusi dalam menjaga keberagaman.

Tema yang disampaikan bapak kepala kantor kementrian agama tadi juga sangat baik, tentang moderasi kehidupan beragama, tentang kerukunan. Tema yang seirama dan penting karena Guru Agung Buddha juga sangat menganjurkan pentingnya hidup rukun.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jembrana, I Gede Sumarawan, S.E, M.Pd.H dalam sambutannya mengatakan sangat beruntung bisa menghadiri peringatan Tri Suci Waisak di Vihara Empu Astapaka yang sangat indah ini.

Sejak saya menjabat sebagai Kepala Kantor, 3 tahun sudah, baru kali ini saya bisa mampir. Sungguh luar biasa begitu saya menginjakkan kaki di Vihara ini, tepat dikumandangkannya Puja Tri Sandya, merinding bulu kuduk saya, ini pertanda kehadiran saya diberkahi. Memang betul sejak tiba hingga duduk menunggu acara dan sampai saat ini saya kasih sambutan, perasaan tenang damai masih saya rasakan. Sekali lagi saya menyambut baik diselenggarakannya peringatan Tri Suci Waisak ini dan saya bersyukur bisa hadir.

Sebagaimana sejarah yang disampaikan ketua umum yayasan Empu Astapaka, memang demikianlah indahnya keberagaman dan kedamaian hidup di Bali. Semua ini tidak terlepas dari nilai nilai yang telah ditanamkan pendahulu kita. Ke-Agungan Vihara Empu Astapaka diharapkan mampu menguatkan nilai nilai Dharma dan Moderasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, pungkasnya dalam sambutannya yang sangat antusias.

Atasnama Pengurus Vihara dan Yayasan Empu Astapaka, Saya menyampaikan terima kasih kepada Bhante Pabhajayo, Kakan Kemenag Kab Jembrana, Penyelenggara Buddha serta para pandita, upasaka, upasika serta segenap pimpinan dan umat yang telah meluangkan waktu untuk bersama sama menghadiri puncak peringatan Tri Suci Waisak di Vihara Empu Astapaka. Terima kasih juga kepada Ketua Vihara Buddhavamsa, Rama Gede Sugiarta yang telah berkenan mewakili kami menerima persembahan Rupam Buddha Parinibbana dari Ketua Umum Yayasan Girirakkhito Mahathera, Ida Bagus Rahoela dan mengiringi sampai di abhiseka/dilinggihkan di Vihara EmAs.

Semoga dengan di abhisekakannya 2 Arca/Rupam Buddha yaitu Kelahiran Pangeran/Boddhisatwa Siddharta dan Buddha Parinibbana lengkaplah 3 peristiwa agung yang setiap waisak kita peringati, renungkan dan hormati. Di akhir masa Vassa Bhikkhu kita harapkan Gapura Angsa dapat diselesaikan untuk melengkapi keberadaan Naga Banda yg ada di pelataran Candi Buddha sehingga dapat menggambarkan kisah kedatangan Mpu Astapaka ke Bali memenuhi undangan Raja Dalem Waturenggong tahun 1530 Masehi dan Pamannya Danghyang Nirartha/Danghyang Dwijendra, demi kesejahteraan rakyat di kerajaan Bali, ungkap Pandita Sudiarta Indrajaya selaku Ketua Umum Yayasan EmAs.

Baca juga: Pindapata Warnai Gema Waisak 2568 Vihara Empu Astapaka Gilimanuk-Jembrana

Puja peringatan Tri Suci Waisak 2568 juga diisi dengan paduan suara dan lagu oleh ibu ibu buddhis dan anak anak sekolah minggu Buddha, serta pembagian sembako kepada panti wreda dan warga yang membutuhkan. Turut hadir wakil ketua, sekretaris dan bendahara yayasan Empu Astapaka, penyelenggara Buddha, Para ketua vihara serta perwakilan dari Brahma Vihara Arama.(2/6/2024) (rls/kis)
 

TAGS :

Komentar