Redaksi9.com – Calon legislatif DPRD Kota Denpasar, Dapil Denpasar Selatan Nomor Urut 6, bernama lengkap Putu Melati Purbaningrat Yo tak ingin muluk-muluk mengumbar janji. Sebagai pendatang baru di dunia perpolitikan di Bali, ia hanya menawarkan satu keberpihakan kepada perempuan, lansia, dan anak, khususnya anak-anak berkebutuhan khusus seperti autis.
Satu misi mulia sedang digadang-gadang untuk ia kampanyekan. Keinginan untuk berbagi dan membantu orang lain lebih banyak lagi.
Ia menuturkan, dari pengalaman dan pengamatannya selama ini, ternyata, masih banyak anak-anak berkebutuhan khusus di Denpasar yang belum terjangkau.
Selain karena factor ekonomi, minimnya pengetahuan orang tua mereka, yang mengakibatkan anak-anak tersebut belum mendapatkan pendidikan maksimal. Inilah yang menjadi focus utamanya dalam berjuang.
Melati menuturkan, terjun ke politik, selain untuk memenuhi quota 30 persen perempuan, jaringan dari ibu mertuanya, Ni Wayan Sari Galung, bisa membantunya meraup suara untuk mewujudkan harapannya ikut andil dalam kemajuan bangsa.
Ia menuturkan, saat ia terjun di LPM, ia melihat, terlambatnya penanganan anak-anak autis ini karena belum maksimalnya bantuan karena hanya mengandalkan bantuan pemerintah.
Selain itu juga, karena biaya terapi mahal, dan sebagian besar anak-anak tersebut dari keluarga yang kurang mampu. Hatinya tergerak untuk membantu.
Ada langkah sederhana yang ia ingin lakukan di awal. Setelah penataan, ia ingin masuk lewat PKK, memberikan sosialisasi tentang anak kebutuhan khusus, dan berbagi kiat bagaimana cara penanganan.
“Kami sudah mulai dari lingkup kecil yakni mulai dari komunitas. Kami memberi pemahaman bahwa anak-anak kebutuhan khusus bukan untuk dihindari tapi justru harus dirangkul karena sejatinya mereka juga memiliki kecerdasan jika dilatih,” tutur Melati.
Caleg dari PDI Perjuangan ini juga menilai, selama ini, belum banyak caleg yang mengambil isu ini yang menurutnya, sangat layak untuk diperjuangkan dan digaungkan.
Selain itu, Melati juga ingin menyasar remaja agar mereka mempersiapkan diri menjadi entrepreneur sejak dini, sehingga nantinya, ketika mereka menikah, tidak hanya menjadi ibu rumahtangga dan mengurus anak, tapi juga punya usaha yang bisa membantu penghasilan suami. Para remaja ini bisa berlatih berbagai kecakapan seperti tata rias, memasak, dan lain-lain.
“Program yang kami tawarkan memang tidak muluk-muluk tapi riil, pelatihan kecakapan yang memang dibutuhkan bagi remaja yang bisa dijadikan satu usaha di kemudian hari setelah mereka menikah,” kata Melati.
Sementara itu, ia ingin memperjuangkan agar anak-anak kebutuhan khusus ini bisa mendapatkan pendidikan di sekolah inklusi yang saat ini lebih banyak dihandel swasta dengan harga mahal.
“Kami ingin ada semakin banyak sekolah inklusi dari pemerintah yang bisa menampung mereka, itu harapan kami dalam jangka panjang, sehingga semakin banyak anak-anak bisa terbantu. Minimal mereka bisa mandiri di kemudian hari,” kata Melati. (ira)