Tari sakral "Rejang Pala dan Baris Kumbang" Desa Nongan di Rekonstruksi

Tari sakral Rejang dipentaskan saat piodalan di Pura Balang Tamak, Nongan.

Redaksi9.com - Panitia rekonstruksi "Tari Rejang Pala dan Baris Kumbang" melakukan persembahyangan dan upacara ritual "mejaya-jaya" di Pura Balang Tamak, Desa Pakraman Nongan, Rendang, Kabupaten Karangasem Bali, saat purnama kawulu, Minggu (20/1).

Bendesa (Ketua) Desa Pakraman Nongan I Gusti Ngurah Wiryanata di Nongan, Bali mengatakan keberadaan "Tari Rejang Pala dan Baris Kumbang" adalah salah satu tari sakral tempo dulu di Desa Nongan. Namun karena situasi dan kondisi perkembangan zaman, sehingga tari tersebut tidak pernah ditarikan lagi saat upacara di desa setempat. Bahkan keberadaannya kini nyaris punah.

"Semangat generasi muda, dan para seniman yang didukung krama Nongan, maka tarian sakral 'Rejang Pala dan Baris Kumbang' tersebut, kini sedang dilakukan rekonstruksi dalam upaya menyelamatkan seni dan budaya yang menjadi aset kebudayaan Desa Nongan," ujar Ngurah Wiryanata yang didampingi para tokoh dan sekaa teruna Desa Pakraman Nongan.

Ia mengatakan, Tari Rejang Pala dan Baris Kumbang adalah sebuah tari sakral pada zaman dahulu dipentaskan saat upacara Ngusaba Pala di Pura Balang Tamak Nongan (setiap Purnama Kawulu). Sehingga dari penuturan para tetua di desa setempat, tarian ini satu-satunya yang ada di Bali. Kemudian tarian ini tidak saja ditarikan saat pujawali (piodalan) di Pura Balang Tamak, tetapi juga dipentaskan setiap saat ada kegiatan ritual di Desa Nongan.

"Oleh karena itu, kami bersama para seniman dan krama Nongan bersemangat membangkitkan kembali Tari Pala dan Baris Kumbang tersebut untuk dilakukan direkonstruksi, sehingga ke depannya diharapkan setiap kegiatan ritual keagamaan bisa dipentaskan tarian itu," ujarnya.

Ngurah Wiryanata menuturkan, bahwa keberadaan Tari Rejang Pala dan Baris Kumbang sangat erat dengan keberadaan Desa Nongan sebagai daerah agraris dan perkebunan yang sangat subur. Pada zaman dahulu masyarakat petani di Nongan bercocok tanam (berkebun) dan berladang di sawah. Hasil perkebunan pun yang berlimpah-ruah, sehingga saat upacara "Ngusaba Pala" itulah dipersembahkan tarian sakral itu dipentaskan atas anugerah dan kemuliaan kepada alam semesta.

"Warga Nongan pun sebagai wujud bakti dan bersyukur kepada alam semesta (Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan), saat upacara ritual di Desa Nongan zaman dahulu dipersembahkan tarian sakral Rejang Pala. Begitu juga tarian Baris Kumbang, mengindentikan sebuah tarian yang melambangkan kesuburan alam sebagai penghasil berbagai buah-buahan (pala) di Desa Nongan," ucapnya.

Lebih lanjut Ngurah Wiryanata mengatakan rekontruksi tarian sakral ini juga mendapatkan apresiasi dari Ny. Putri Suastini Koster. Menurut Suastini Koster tarian sakral di Bali harus dilestarikan dalam menopang kebudayaan yang terus berkembang selama ini.

"Kami mendukung warga Desa Pakraman Nongan untuk berupaya merekonstruksi tari sakral Rejang Pala dan Baris Kumbang tersebut. Karena langkah ini sebagai penyelamatan seni budaya yang hampir punah. Semangat penyelamatan seni budaya yang telah berkembang tempo dulu oleh masyarakat setempat patut didukung oleh semua pihak dan pemerintah," ucap Suastini Koster, saat bertatap muka dengan prajuru dan sekaa teruna Desa Pakraman Nongan. (kris)

TAGS :

Komentar