Redaksi9.com - Launching (peluncuran) secara khusus buku berjudul "Prosa Gerilya - Mengurai Kisah Ngurah Rai" oleh penulis Andre Syahreza di Hotel The Apurva Kempinski, Kawasan Nusa Dua, Badung Bali mendapatkan sambutan hangat dari pengunjung dan undangan bertepatan Peringatan HUT ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia.
Buku setebal 206 halaman ini ditulis dalam bentuk prosa, sehingga pembaca akan lebih mudah memahami kisah perjalanan panjang perjuangan sosok Letkol I Gusti Ngurah Rai. Narasi penulisan yang disajikan pun tidak lepas dari kisah kegigihan Ngurah Rai dalam berperang melawan penjajahan Belanda di tahun 1946.
Padahal, Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 sudah resmi diakui oleh negara-negara dunia. Namun penjajah kala itu masih tetap berkecambuk di bumi pertiwi.
Andre dalam tulisannya di buku tersebut mengurai kisah sosok Ngurah Rai, mulai dari semasa kecil, memasuki menjadi tentara hingga gugur dalam medan pertempuran melawan penjajah yang dikenal dengan "Perang Puputan Margarana" 20 Nopember 1946.
Andre menuturkan bahwa dalam penyusunan buku prosa ini tetap mengedepankan alur narasi dan argumentasi sosok Ngurah Rai sebagai Pahlawan Nasional karena perjuangannya mempertahankan Kemerdekaan RI. Ngurah Rai sebagai komandan pasukan pejuang di Bali mempertahankan Kemerdekaan RI untuk mengusir penjajah secara gerilya.
Ngurah Rai dalam memimpin pasukan pejuang kemerdekaan terus dikejar oleh tentara penjajah Belanda. Oleh Karena itu, pasukan Ngurah Rai bergerilya dari ujung barat Bali hingga Tanah Aron di ujung timur Pulau Dewata.
Dalam buku ini juga ada pesan mendalam dari sebuah perjuangan Ngurah Rai hingga terjadinya perang Puputan Margarana. Sebab dalam konteks masa lalu, perang di Margarana Tabanan adalah jalan terbaik bagi Ngurah Rai Ciung Wanara untuk melindungi pasukan yang lebih besar dan demi mengurangi penderitaan rakyat.
Dalam konteks masa sekarang, perang habis-habisan (puputan) memberi relevansi bagi kita tentang perjuangan mempertahankan sesuatu yang kita yakini - apapun itu. Bukankah dalam hidup ini setiap orang punya perangnya masing-masing?
Sementara itu, cucu I Gusti Ngurah Rai, I.G.A.A Nanik Suryani dan I.G.A.A Inda Trimafo Yudha mengatakan terbitnya buku "Prosa Gerilya" memberikan apresiasi atas kisah perjuangan kakeknya yang dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional.
"Kami sebagai keluarga besar Ngurah Rai mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada penulis Andre Syahreza yang telah bekerja keras menulis buku tersebut. Sehingga buku ini nantinya dapat memberikan referensi sejarah bagi generasi muda," ucap Inda Trimafo dan Nanik Suryani.
Ia mengatakan buku ini dalam penulisannya sangat relevan dengan kekinian, sebab bentuk penyajian narasinya tulisan sangat mudah di pahami, sebab penulisannya dengan elegan dan ringan untuk dipahami kisah perjuangan dari Ngurah Rai.
"Kami berharap setelah membaca buku ini, khususnya generasi muda untuk memahami kisah perjuangan Ngurah Rai. Sebab sekarang mungkin saja generasi muda tahu namanya saja yang sudah diabadikan sebagai nama jalan, tertulis di mata uang dan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai," katanya.(kis)