Reses Sugawa Korry ke Buleleng

Sugawa Korry

 

Redaksi9.com - HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es, yang hanya terlihat di permukaan,  padahal di perdesaan masih banyak penderita HIV/AIDS. Demikian disampaikan Wakil Ketua DPRD Provinsi  Bali, Dr.  I Nyoman Sugawa Korry, di depan awak media,  Senin ( 28/10).  Hal itu terungkap saat ia melakukan reses ke beberapa desa di Kabupaten Buleleng.
Menurutnya,  pertumbuhan ekonomi masyarakat Bali semakin membaik, namun,  tidak akan ada artinya, kalau  penyakit HIV/AIDS dan narkoba makin banyak.
Ia melihat, narkoba sudah mulai merambah ke desa-desa. Hal ini sangat memprihatinkan.
Ia sendri belum melihat, ada satu strategi yang dilakukan pemerinta  untuk menangani masalah ini. Bahkan, ia mengaku miris, ada yang sampai menjual tanah warisan, karena ketergantungan narkoba. Ia berharap,  ada strategi baru dalam meangani soal HIV/IADS dan narkoba ke depannya.
Selain soal narkoba, yang juga menjadi aspirasi masyarakat adalah, keresahan kaum petani cengkih.  Saat ini, kata dia, ada sekitar 200 ribu petani cengkih di Bali.  
Saat ini,   nilai jual objek pajak (NJOP)  ditetapkan tinggi oleh pemerintah  daerah, kabupaten/kota.  Walaupun diberikan ruang keberatam namun, petani engan untuk merespon. “Lebih baik tidak membayar pajak, menjadi solusi petani,” kata politisi Golkar  ini.
Menurutnya, dengan menaikkan NJOP, tentu merugikan petani.  Ia berharap, Pemerintah membuat kebijakan yang harusnya keberpihakan kepada para petani.
Ia mengurai, misalnya,  petani memiliki tanah  luasnya 30 are dan tempatnya di pingir  jalan. Tentu NJOP-nya tinggi karena penentuan pajak ditentukan  salah satu oleh letak lokasi tanah tersebut. Padahal, hasil produksi dari tanah mereka bisa saja tidak banyak.  “Saya mendengar ada petani yang dulunya bayar pajak Rp 600 ribu  sekarang malah menjadi Rp  2,4 juta,” imbuhnya.
Nanti, lama kelamaan karena tidak membayar pajak, tentu akan kena denda. Ini otomatis akan membuat petani lebih baik menjual tanahnya.

Selain itu,  kenaikan  bea cukai rokok juga menjadi jeritan petani cengkih di Buleleng.  Hal ini, kata dia,  otomatis akan berpengaruh pada naiknya harga jual dan menurunnya  daya beli. Hal ini tentu  merugikan petani cengkih di Bali. Menurutnya, alasan kesehatan tidak dapat dijadikan penyebab dari persoalan ini. “Saya bukan perokok, tapi saya memberikan kesempatan orang untuk merokok karena itu hak mereka,” katanya.  (ira)

 

 

 

 

TAGS :

Komentar